Program MBG Dinilai Masih Jauh dari Pedoman Isi Piringku, Ahli Gizi Sarankan Ini
jatim.jpnn.com, SURABAYA - Dosen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair Lailatul Muniroh SKM MKes menilai program makan bergizi gratis (MBG) masih belum sesuai dengan pedoman Isi Piringku yang dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Hal itu melihat ramainya unggahan yang membagikan menu MBG di berbagai daerah, seperti di Sidoarjo yang beberapa waktu lalu tidak terdapat sayurannya.
“Kemarin saya dapat kiriman contoh menu MBG di Sidoarjo. Jika dilihat sekilas, tampak belum memenuhi Isi Piringku. Tidak ada sayuran, lauk meski dengan protein hewani pun, secara kuantitas terlalu sedikit, begitupun buahnya," kata Laila tertulis, Sabtu (11/1).
Menurutnya, secara kuantitas belum memenuhi 40 persen total kalori sehari dan secara kualitas pun masih belum sesuai. Prinsip makan bergizi adalah beragam, seimbang, aman, dan sesuai kebutuhan.
“Makan bergizi yang baik seharusnya memenuhi kebutuhan gizi secara seimbang. Baik karbohidrat, protein, lemak, dan terpenuhinya kebutuhan vitamin, mineral, serat, dan air,” ungkapnya.
Masyarakat turut mengomentari terkait ketidakhadiran susu sebagai sumber kalsium dalam program MBG di beberapa daerah atau sekolah, padahal susu memiliki kandungan zat gizi yang banyak. Seperti kalsium, protein, vitamin D, vitamin A, zat besi, hingga magnesium.
Sebagai ahli gizi, dia setuju terkait hal tersebut. Susu sangat baik dan dibutuhkan dalam masa pertumbuhan anak. Namun, tidak adanya susu pada menu MBG di beberapa sekolah dapat digantikan oleh makanan tinggi kalsium lainnya.
“Sebagai alternatif lain, perlu disiapkan produk olahan susu seperti yogurt atau keju, sumber nabati yang kaya kalsium. Seperti tempe, sayuran hijau, ataupun sumber hewani seperti ikan teri, sarden, telur, dan daging ayam,” tuturnya.
Ahli Gizi Unair menyatakan program makan bergizi gratis harus dievaluasi secara berkelanjutan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News