Program MBG Dinilai Masih Jauh dari Pedoman Isi Piringku, Ahli Gizi Sarankan Ini

Walakin, Laila juga menekankan pentingnya untuk memastikan apakah alternatif tersebut tetap bergizi seimbang dan dapat diterima oleh siswa.

“Dengan begitu kebutuhan gizi mereka tetap terpenuhi meskipun tanpa hadirnya susu,” jelasnya.

Program MBG bisa menjadi langkah kecil untuk kesejahteraan masyarakat. Namun, evaluasi dan upgrade program sangat diperlukan. Menurutnya, harus ada evaluasi dan perbaikan secara berkala karena pelaksanaan di lapangan lebih sulit.

Evaluasi keberhasilan program MBG dapat dilakukan dengan meliputi aspek input dan proses, output, dampak, hingga evaluasi keberlanjutan. Pada aspek yang pertama, perlu adanya evaluasi ketersediaan dan kualitas makanan dan kepuasaan dari penerima program MBG.

“Mulai dari jumlah siswa yang mendapatkan makanan apakah sudah sesuai dengan sasaran, kandungan gizi pada menu berdasarkan pedoman Isi Piringku. Kemudian tingkat penerimaan siswa terhadap rasa dan variasi makanan, kepuasaan guru, siswa, dan orang tua, dan tingkat keluhan terkait dengan distribusi makanan,” ucap dia.

Kemudian, output dari program pun harus jadi perhatian. Mulai dari persentase makanan yang dimakan dan dibuang oleh siswa (plate waste analysis), serta jumlah siswa yang memakan semua komponen makanan yang ada di piring.

Pada segi dampak, Laila merangkum setidaknya ada tiga indikator yang perlu dievaluasi. Mulai dari status gizi pada anak, prestasi akademik dan kesehatan, dan kesadaran gizi. (mcr12/jpnn)