Senyawa Bromat pada AMDK dan Dampaknya Bagi Tubuh, Seberapa Berbahaya?
jatim.jpnn.com, SURABAYA - Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menjadi kebutuhan pokok masyarakat perkotaan yang memiliki akses air minum bersih terbatas. AMDK yang diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan tahun 70-an menjadi alternatif kebutuhan air minum bersih dan sehat.
Namun, masyarakat tetap harus teliti dalam memilih dan mengonsumsi AMDK, mengingat terdapat jenis dan berbagai klaimnya. Zat-zat yang terdapat di dalamnya harus dikenali tetap aman, tidak melebihi ambang batas yang ditentukan pemerintah, salah satunya senyawa bromida.
Kandungan bromida pada air kemasan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan temuan yang mengejutkan terkait kadar bromate pada AMDK.
Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menyebutkan di beberapa negara telah menarik produk AMDK karena terdapat kandungan bromat yang melebihi ambang batas.
Food and Drug Administrations Amerika Serikat, kata dia, menetapkan tingkat yang diperbolehkan untuk bromat pada AMDK sebesar 0,010 miligram per liter.
Pada tahun 2019, Otoritas Makanan dan Obat Saudi Arabia (SFDA) juga memperingatkan konsumen agar tidak mengonsumsi AMDK merek Amana yang diproduksi pabrikan di Riyadh karena kandungan bromat melebihi ambang batas.
"Terakhir, di negara bagian Florida pada Juli lalu menarik 300.000 botol AMDK Blue Triton," ujar Sudaryatmo tertulis, Senin (18/12).
Dia menjelaskan bromat biasa ditemukan secara alami dalam sumber daya atau pada bahan baku air, tetapi terbentuk saat proses desinfeksi yang bisa menimbulkan produk samping desinfeksi (disinfection by product) atau dbp.
Seberapa berbahaya kandungan bromat pada air dalam kemasan dan dampaknya bagi tubuh, ini penjelasan YLKI.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News