Sudah Berbeda, Begini Perbandingan Ludruk Dahulu & Masa Kini Menurut Djadi
jatim.jpnn.com, SURABAYA - Pegiat kesenian di Surabaya, Djadi Galajapo, menegaskan bahwa Ludruk harus tetap eksis bagaimanapun juga meskipun sudah berbeda zaman.
Pria yang juga Penasehat Ludruk Nom Noman Tjap Soeroboio (Luntas) itu mengutarakan salah satu upaya pelestarian yang bisa dilakukan dengan mengubah kemasan kesenian tersebut.
Dia menyebutkan salah satunya, yakni durasi pementasan.
Djadi menjelaskan kalau pada zaman dahulu, Ludruk biasanya berdurasi 4-5 jam.
Hanya saja, pakem tersebut kurang cocok diterapkan pada masa kini.
“Kalau durasi pementasan terlalu panjang tidak cocok diterapkan di era sekarang,” kata Djadi, Sabtu (18/6).
Pasalnya, karakteristik penonton zaman sekarang dan dahulu berbeda.
“Kalau era sekarang, penonton ingin tontonan cepat selesai, puas, senang, dan gembira,” ujar Djadi.
Djadi menjelaskan kemasan ludruk saat ini berbeda dengan dahulu. Sebenarnya, perbedaannya di mana?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News