Takjil Maut

Kamis, 06 Mei 2021 – 12:32 WIB
Takjil Maut - JPNN.com Jatim
Ilustrasi mayat. Ilustrator: Antara

Namun, zaman now sekarang, kalau cinta ditolak sianida bertindak. Dulu mengirim guna-guna lewat dukun, sekarang kirim racun sianida lewat pengemudi ojol.

Kasus Nani yang merasa menjadi korban PHP -pemberi harapan palsu- bukan yang pertama. Kira-kira sebulan sebelumnya seorang perempuan bernama Era Setyowati menuntut seorang profesor yang dia tuduh melakukan PHP dengan menelantarkan anak hasil nikah siri mereka.

Profesor yang menjadi tertuduh itu adalah komisaris sebuah perusahaan BUMN dan mantan staf ahli di Kantor Staf Presiden (KSP).

Beda dengan Nani Apriliani yang mengirim sate bersianida, Era Setyowati melayangkan surat gugatan kepada Profesor Muradi dan melaporkan kasusnya ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Media ramai memberitakan skandal itu karena dua pihak sama-sama memakai pengacara dan merilis kasusnya ke media. Si perempuan keukeuh dengan pengakuannya bahwa anaknya adalah hasil hubungannya dengan Profesor Muradi. Dia  siap membuktikan itu melalui tes DNA.

Sebaliknya, Muradi pun tak kalah gigih menangkis semua tuduhan termasuk mengelak mengakui hubungan dengan wanita itu sampai menghasilkan anak.

Perang pernyataan, saling lempar tuduhan, saling tangkis tuduhan dan saling sumpah berlangsung beberapa hari. Lalu tetiba si wanita dikabarkan mencabut laporannya di KPAI.

Kasus itu pun menguap begitu saja. Media yang sebelumnya gencar meng-update berita skandal itu setiap saat pun ikut senyap seketika.

Cak Kartolo memainkan ludruk 'Tumpeng Maut', di Yogyakarta ada 'sate maut', sedangkan di Jakarta ada korupsi bansos yang membuat rakyat sakaratulmaut.
Facebook JPNN.com Jatim Twitter JPNN.com Jatim Pinterest JPNN.com Jatim Linkedin JPNN.com Jatim Flipboard JPNN.com Jatim Line JPNN.com Jatim JPNN.com Jatim

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News