Superspreader Lebaran
Setiap tahun ada acara kongregasi di tempat itu yang diikuti oleh belasan ribu orang. Mereka berkumpul di sebuah aula besar yang dijadikan sebagai tempat berkumpul, beribadah, dan juga tempat tidur.
Semua keperluan akomodasi dan konsumsi disediakan oleh pengasuh pesantren. Tahun lalu pada awal-awal penyebaran Covid, di pesantren ini sempat muncul sebuah klaster yang diduga menyebar sampai ke Malaysia.
Budaya beragama yang fatalistik masih luas menyebar di kalangan masyarakat Indonesia. Para penganut paham Jabariyah yakin bahwa segala sesuatu sudah ada takdirnya, karena itu semua nasib yang berhubungan dengan manusia sudah tertulis dan manusia tinggal menjalaninya.
Keyakinan ini dianut banyak masyarakat Jawa karena berkesesuaian dengan falsafah Jawa yang mengajarkan sikap pasrah dan narima ing pandum, urip saderma ngelakoni. Umur, rezeki, dan mati sudah ada garisnya, manusia tinggal menjalaninya.
Seorang pemudik yang ditanyai apa tidak takut terjangkiti pandemi, menjawab bahwa mati sudah menjadi takdir. Kalau sudah waktunya mati di mana pun pasti mati. Kalau belum ditakdirkan mati karena Covid 19 dia pasti akan selamat tak peduli apa pun kondisinya.
Para penganut faham Qadariyah berpandangan bahwa manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk berusaha menentukan nasibnya sendiri. Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang sampai dia mengubah nasibnya sendiri.
Manusia diberi akal dan rasio untuk berpikir dan berusaha. Takdir adalah rahasia ilahiah yang tidak akan diketahui oleh manusia sampai saat kejadian.
Ketika peristiwa itu sudah terjadi barulah manusia tahu bahwa hal itu adalah takdir. Oleh karena itu tugas manusia ialah berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin untuk mengubah nasib menjadi lebih baik.
Tanah Abang sudah hampir bisa dipastikan akan melahirkan klaster baru. Dalil para ahli epidemiologi yang sudah paten menyebutkan bahwa dua minggu setelah terjad
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News