Dewan Pendidikan Jatim Sambut Baik Usulan Kembalikan Tugas Sekolah Manual Tanpa Gadget
"Itu lah, kenapa daya imajinasi kreativitas anak-anak, remaja, tidak berkualitas, karena tidak punya ketangguhan menciptakan imajinasi," tuturnya.
Sementara di Indonesia, baru menginjak sekolah dasar (SD) sudah dikenalkan dengan tugas sekolah memakai gawai, bahkan meninggalkan permainan-permainan tradisional yang justru mengedukasi.
"Dengan kembali mengurangi (gawai) maka bisa bermain telepon pakai benang, bermain layang, buat kapal dari imajinasi langsung," tuturnya.
Apabila rencana pemerintah membatasi sosial media juga penggunaan gawai pada anak ini terwujud, menurutnya ekosistem sekitar juga perlu mendukung.
Orang tua, atau keluarga terdekat, juga guru di sekolah harus memberi contoh pada anak untuk tidak menggunakan gawai berlebih.
"Saya (setuju untuk) tunda anak-anak menggunakan gadget, kira siapkan metalitas mereka baru bergerak ke satu masa bersentuhan dengan gadget," kata dia
Adapun untuk penerapannya, bisa berupa pembatasan bagi anak di bawah 12 tahun, lalu di atas 12 tahun dilakukan pembatasan dengan porsi berbeda.
"Saya setuju pada anak-anak dengan porsi berbeda-beda. Bahkan penggunaan buku tulis dalam seminggu merangkum perjalanan hidupnya tradisi literasi buku harian membuat anak lebih kreatif bermutu, berkualitas," kata Suko. (mcr23/jpnn)
Kata Dewan Pendidikan Jatim soal usulan dikembalikannya tugas manual tanpa gadet
Redaktur : Arry Dwi Saputra
Reporter : Ardini Pramitha
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News