Respons Pakar Soal Peristiwa Pembuangan Sesajen di Gunung Semeru

Ritual itu meminta pengampunan dari Brahma dengan mengorbankan sesuatu berupa makanan, uang, dan hewan ternak ke dalam kawah.
“Waktu Bromo meletus masyarakat sekitar menganggapnya teguran orang tua mereka, dalam hal ini ialah Roro Anteng dan Joko Seger, yang setiap Kasada selalu ada pengorbanan di kawahnya,” ucap dia.
“Sama seperti di Semeru, masyarakat lokal mempersembahkan sesajen kepada siapa pun yang mereka percaya sebagai penguasa di sana,” imbuh dia.
Menurut Toetik, hal semacam itu juga sama dengan upacara larung, bersih desa, sedekah bumi, dan lainnya. Tujuannya semua untuk meminta kebaikan.
"Selalu ada sesajen untuk alam yang masyarakat lokal percaya bisa memberi rezeki, kemakmuran, ketenangan, termasuk keamanan dari aspek amarah alam," ucapnya.
Oleh karena itu, ketika ada masyarakat yang tidak percaya dengan kepercayaan orang lain, tak seharusnya menghina.
“(Upacara sesajen,red) apa salah? Menurut saya tidak. Itu kepercayaan masyarakat,” tandas Toetik. (mcr12/jpnn)
Pakar Unair merespons terkait dengan peristiwa pembuangan sesajen di Gunung Semeru
Redaktur : Fahmi Azis
Reporter : Arry Dwi Saputra
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News