Riyaya Gak Nggoreng Kopi

Selama masa liburan tersebut kegiatan perekonomian di beberapa provinsi di Pulau Jawa, seperti, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta menggeliat, terutama makanan, hiburan, dan penginapan.
Transaksi keuangan para pekerja meningkat untuk membayar biaya-biaya konsumsi kuliner sehingga perputaran uang di masyarakat cukup besar.
Tak hanya dari transaksi pemudik, perputaran uang dalam periode tersebut juga datang dari remitansi atau hasil pengiriman uang pekerja migran ke Tanah Air.
PT Pos Indonesia memprediksi sirkulasi uang dari remitansi jelang Lebaran bisa mencapai Rp 4 triliun. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan perputaraan uang selama periode libur Lebaran ini mencapai sedikitnya Rp 188,2 triliun.
Jumlah itu tentu membuat ngiler, apalagi dalam kondisi ekonomi yang megap-megap seperti sekarang. Oleh Karena itu, kebijakannya jadi tarik ulur, mulur mengkeret, kepala dilepas tetapi ekor digandoli.
Namun, sekali lagi, ancaman yang lebih mengerikan seperti yang terjadi di India seharusnya lebih membuat kita semua waspada. Daripada kita mengalami tsunami pandemi seperti India, lebih baik, untuk kali ini, kita Riyaya tanpa nggoreng kopi dulu.(*)
Peraturan ketat bisa saja dibuat di atas kertas. Namun, di 'bawah kertas' masyarakat lebih kreatif menyiasatinya.
Redaktur & Reporter : Antoni
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News