Pakar Budaya Merespons Rencana Malaysia Daftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO, Begini Kalimatnya

jatim.jpnn.com, SURABAYA - Pakar Budaya Universitas Airlangga (Unair) Puji Karyanto merespons terkait rencana Malaysia yang ingin mengajukan kebudayaan Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Menurutnya, apa yang dilakukan Malaysia merupakan refleksi bagi bangsa Indonesia agar tidak abai dengan budayanya. Dia khawatir warisan tak benda itu lebih hidup di negara sana ketimbang tanah air.

"Kita sebenarnya sering belajar terkait hal-hal seperti ini. Tentu saja, ini sekaligus menjadi sarana refleksi kenapa sampai ada negara lain yang ingin mendaftarkan salah satu warisan budaya tak benda kita ke UNESCO," kata Puji tertulis, Senin (11/4).

Dosen Pengantar Ilmu Budaya Unair itu menjelaskan satuan kebudayaan tak sama dengan politik. Artinya, secara kebudayaan, kesenian tradisi umumnya dianggap milik komunal, bukan perorangan.

Namun, berkaitan dengan pola pikir zaman sekarang, terdapat klaim yang mengharuskan Indonesia mendaftarkan kebudayaannya ke UNESCO agar tak hilang dan diambil pihak lain.

"Sebuah keniscayaan bahwa kebudayaan Reog berkembang pula di Malaysia, mengingat Indonesia dan Malaysia berada di satu ikatan kebudayaan yang sama, yaitu budaya Melayu," ujarnya.

Agar hal serupa tak terjadi kembali, Puji menyampaikan beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, anak muda zaman sekarang harus merasa memiliki budaya tradisi.

Dengan catatan, para pelaku kebudayaan beradaptasi dengan zaman dan menjadikan budaya tradisi menarik bagi anak muda sekarang.