Pengamat: Demo 11 April Bukan Akhir, Malah Baru Permulaan Untuk 'Misi Besar'

Iqbal mengatakan gerakan mahasiswa kemungkinan juga terinspirasi dari dialektika buku "How Democracies Die" karya Steven Levitsky dan Daniel Ziblat.
Pasalnya, situasi politik kekuasaan Indonesia saat ini mirip dengan kriteria yang ada dalam buku itu.
"Misalnya, bagaimana terjadinya fatefull alliances ketika rezim kekuasaan bersekutu dengan para politikus mapan secara politik dan ekonomi serta beraliansi dengan konglomerasi media," tuturnya.
Dia bahkan mengatakan dramaturgi memainkan narasi konstitusi dan lembaga demokrasi untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara mengkhianati reformasi dan membunuh demokrasi lewat wacana penundaan pemilu dan perpanjangan tiga periode masa jabatan presiden.
"Pada momentum itulah, gerakan mahasiswa post-milenial 11 April 2022 sangat kuat nilai konsolidasinya bagi upaya penyelamatan demokrasi dan 18 tuntutan gerakan mahasiswa yang belum tuntas terjawab oleh Presiden Joko Widodo hingga saat ini adalah spirit perjuangan demonstrasi," ujarnya.
Dia menjelaskan demo 11 April 2022 bukanlah akhir, justru awal bangkitnya konsolidasi untuk menyelamatkan demokrasi dan panjang umur gerakan mahasiswa. (antara/mcr13/jpnn)
Pengamat Unej membeberkan pendapatnya soal demo 11 April yang berlangsung di Jakarta dan sejumlah daerah Indonesia lainnya. Berikut ringkasannya.
Redaktur & Reporter : Fahmi Azis
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News