Bipang
Dia lantas mengimbau warga memesan kuliner khas daerah secara daring. Salah satu yang dia sebut ialah bipang Ambawang, yang merupakan babi panggang khas Kalimantan Barat.
Baca Juga:
"Untuk bapak, ibu, dan saudara-saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasannya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomai Bandung, empek-empek Palembang, bipang Ambawang dari Kalimantan, dan lain-lainnya, tinggal pesan. Dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah," ujar Jokowi.
Kontan pernyataan soal bipang Ambawang ini disambar oleh para sniper medsos yang dengan secepat kilat menyebarkannya ribuan kali sehingga menjadi viral dalam waktu singkat. Ambawang dan babi panggang yang tidak banyak dikenal dan disebut orang mendadak menjadi buah bibir.
Sebagai sebuah product endorsement, yang dilakukan Jokowi adalah sukses besar. Namun sebagai public speech yang dilakukan seorang kepala negara, kesalahan itu bisa membuat malu. Bagaimana mungkin babi panggang dikonsumsi dalam suasana Lebaran?
Ada bipang camilan khas Jawa yang terbuat dari beras yang dicampur gula. Jokowi pasti tahu dan pernah memakannya sewaktu masa kanak-kanak di Solo.
Namun bipang yang dipromosikan Jokowi ini adalah babi panggang yang tentu saja haram bagi umat Islam untuk dimakan atau dibeli untuk oleh-oleh Lebaran.
Jubir Kepresidenan Fadjroel Rachman mencoba ngeles dengan menyebut bipang yang dimaksud Jokowi adalah bipang beras cap Jangkar. Fadjroel malah babak belur diserang netizen.
Sebenarnya bukan cuma bipang Ambawang yang disebut oleh Jokowi, karena ada gudeg Jogja, siomai Bandung, dan pempek Palembang. Namun karena bipang adalah babi panggang, banyak yang bertanya mengenai sensitivitas Jokowi dalam soal agama.
Republik Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, tetapi makanan halalnya masih impor.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News