Terpuruk Saat Pandemi Bangkit Lewat Shopee, Kisah Nisrina Hijab di Tangan Ibu & Anak

“Awalnya kalah jauh, mereka produksi 23 ribu, saya cuma seribu, tetapi pelan-pelan naik karena kualitas kami bagus dan harga lebih murah,” ucapnya.
Lambat laun, Nisrina Hijab berkembang pesat. Sebelum pandemi, mereka punya 20 toko di berbagai kota, termasuk Surabaya, Solo, Gresik, Malang, dan Jakarta. Agen pun pernah mencapai 50 orang, menyebar hingga Kalimantan dan Papua.
Jenis produk yang ditawarkan pun makin beragam. Mulai dari kerudung, ciput, pashmina, bergo, inner gamis, hingga manset. Produksi harian mencapai 3.500–5.000 potong, bahkan sempat menembus 13 ton per bulan sebelum pandemi.
Namun, badai Covid-19 membuat mereka harus menutup 17 dari 20 toko. Astri menyebut masa itu sebagai momen terberat sekaligus paling menyadarkan.
Astri dan Nisrina, ibu anak pemilik sekaligus pengelola usaha busana muslimah dengan brand bernama Nisrina Hijab di Surabaya. Foto: Arry Saputra/JPNN
“Tiga tahun saya berkutat di gudang, dua rumah penuh barang, tetapi alhamdulillah, pandemi juga bikin kami terbebas dari utang. Itu berkah tersendiri,” katanya.
Saat ini, Nisrina Hijab mengandalkan penjualan online yang menyumbang sekitar 60 persen omzet. Mereka aktif di Shopee, mengirim hingga ratusan paket per hari, terutama saat Ramadan.
Dari cicilan tetangga hingga 20 toko, begini perjalanan Astri membangun brand Nisrina Hijab.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News