Surabaya Darurat Lahan Makam, Eri Sebut Sistem Tumpang Tindih Jadi Solusi

jatim.jpnn.com, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan lahan pemakaman di Kota Pahlawan makin menyusut seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Dari 13 Tempat Pemakaman Umum (TPU) milik Pemkot Surabaya, hampir semuanya sudah dalam kondisi penuh.
"Iya penuh, (TPU) Babat Jerawat penuh. Keputih penuh kurang dikit, terpaksa tumpang tindih kalau tidak ada lahan karena jumlah kita (penduduk Surabaya) terlalu banyak, ya nanti kan berbagi," ujar Eri, Senin (10/3).
Eri menjelaskan sistem tumpang tindih menjadi opsi darurat mengingat keterbatasan lahan makam. Banyak warga yang akhirnya harus menumpuk jenazah anggota keluarganya dalam satu liang lahad.
"Memang terpaksa tumpang tindih kalau tidak ada lahan karena jumlah kita (warga Surabaya) terlalu banyak. Nanti kan berbagi. Jadi, tidak kami biarkan satu jenazah satu makam terus, enggak nututi (enggak cukup)," jelasnya.
Eri menyoroti minimnya perhatian pengembang perumahan terhadap penyediaan lahan makam. Dia menilai banyak pengembang hanya fokus membangun kawasan hunian tanpa memperhitungkan kebutuhan pemakaman.
"Kalau dia punya tanah kavlingan, itu seharusnya juga menghitung berapa makam yang disediakan. Selama ini kan tidak dihitung meskipun punya kewajiban. Akhirnya (makam) penuh semua, terus mau ke mana?," ucapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Dedik Irianto, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 13 TPU yang dikelola Pemkot Surabaya, antara lain TPU Keputih, TPU Babat Jerawat, TPU Kembang Kuning, TPU Putat Gede.
Kemudian TPU Simo Kwagean, TPU Kalianak, TPU Asem Jajar, TPU Karang Tembok, TPU Wonokusumo Kidul, TPU Kapas Krampung, TPU Tembok Gede, TPU Ngagel Rejo, dan TPU Belanda Peneleh.
Wali Kota Eri Cahyadi menyebut sistem tumpang tindih menjadi solusi darurat. Bagaimana langkah Pemkot dalam mengatasi krisis lahan makam ini?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News