Berkonflik Sejak 2019, Pengelola & Penghuni Apartemen Bale Hinggil Berdamai

Sementara itu, Direktur PT Tata Kelola Sarana (BPL Apartemen Bale Hinggil) Emeraldo Muhammad Elsya Putra menjelaskan konflik tersebut sudah terjadi sejak 2019. Di tahun itu pengelola mengalami defisit keuangan hingga miliaran rupiah.

Hal itu memaksa mereka menaikkan service charge sebesar Rp14.000 pada tahun 2021. Kenaikan itu pun mendapat penolakan dari sebagian penghuni.

Meskipun pengelola menawarkan opsi pembayaran cicilan, banyak penghuni yang tetap membayar dengan tarif lama sehingga defisit keuangan semakin membengkak. Tunggakan dianggap sebagai utang oleh pengelola.

“Tahun 2021, kami berkeinginan menaikkan service charge sebesar 14.000-an, menurut kami itu masih di bawah apartemen-apartemen lainnya yang setara,” jelas Aldo.

Dari situ mulailah ada gejolak terkait permasalahan servis charge, tetapi pihak pengelola memberikan kelonggaran pada warga. 

“Apa kelonggaran untuk warga, kami memberikan pembayaran dengan cara cicilan. Meski begitu masih banyak warga yang membayar dengan harga lama hingga saat ini," ucapnya.
Upaya transparansi keuangan telah dilakukan pada 2024, bahkan difasilitasi oleh Wali Kota Eri Cahyadi di Convention Hall Arif Rahman Hakim. Namun, sebagian penghuni masih menolak membayar service charge.

Pengelola juga menjelaskan sistem pembayaran terintegrasi melalui VA yang mereka terapkan untuk mempermudah pembayaran listrik dan air, tetapi menjadi permasalahan. 

Wakil Wali Kota Armuji pun meminta agar pembayaran listrik dan air dipisahkan dari service charge dan transparansi keuangan pengelola harus dipenuhi terlebih dahulu.