Minyak Goreng Berulang Bisa Berbahaya, Mahasiswa Untag Surabaya Temukan Solusinya

Adhitiya menguji alat itu pada berbagai sampel minyak goreng, mulai dari minyak baru hingga minyak yang telah digunakan berulang kali. Dia juga melakukan uji coba dengan menggoreng berbagai jenis makanan, seperti telur, tahu, tempe, ayam, terong, dan ikan, untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas minyak.
"Hasilnya menunjukkan bahwa minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam atau ikan lebih cepat keruh dibandingkan bahan lainnya karena kandungan lemak dan residu dari makanan tersebut," katanya.
Meski menghadapi tantangan dalam pengumpulan sampel dan penyempurnaan alat, Adhitiya menyelesaikan kuliah dalam waktu 2,5 tahun dengan IPK 3,49. Dia juga harus membagi waktu antara kuliah, penelitian, dan pekerjaan sebagai mahasiswa kelas sore.
"Awalnya, dosen pembimbing menyarankan alat ini dibuat dalam bentuk portable sehingga bisa digunakan untuk mendukung pengawasan BPOM di lapangan, seperti memeriksa minyak goreng yang digunakan pedagang kaki lima. Namun, sementara hanya bisa digunakan di skala rumah tangga karena keterbatasan," ungkapnya.
Walakin, dia berharap inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut agar lebih praktis dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Pemuda kelahiran Surabaya pada 22 Maret 1995 itu berharap karyanya bisa meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, mengenai pentingnya menggunakan minyak goreng yang sehat.
"Semoga alat ini bisa membantu masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan, karena sebenarnya minyak goreng idealnya hanya digunakan sekali saja," pungkasnya. (mcr12/jpnn)
Mahasiswa Untag Surabaya menciptakan alat deteksi minyak goreng yang bisa mencegah pemakaian berulang.
Redaktur & Reporter : Arry Dwi Saputra
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News