Tenaga Medis Turun ke Jalan Peringatkan Pengguna Jalan Soal Gangguan Penglihatan Anak
“Kasus kelainan refraksi pada anak saat ini memang cukup tinggi dan di klinik mata kami juga menjadi salah satu keluhan tertinggi selain Katarak,” tutur dr Diaz.
Menurutnya, dari beberapa kegiatan pemeriksaan National di sekolah dan lembaga pendidikan selama 2024, tercatat 39,17 persen anak di Surabaya menderita keluhan refraksi seperti mata minus dan silinder.
Kondisi ini bisa dikarenakan beberapa hal dan salah satunya disebabkan tingginya penggunaan gadget sejak dini.
Pada catatan terakhir hasil pemeriksaan kita bersama sekolah, sebanyak 219 dari 559 anak-anak di Surabaya telah mengalami Kelainan Refraksi.
“Rata-rata di usia anak hingga remaja yang mana merupakan masa pertumbuhan. Ini merupakan kondisi yang sangat gawat karena jika tidak segera terdeteksi dan ditangani akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang dan belajar,” ujarnya.
Melalui kampanye dengan turun ke jalan ini, diharapkan bisa meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mata mulai dini.
“Dengan deteksi dini dan edukasi yang tepat, orang tua bisa mencegah dampak negatif gadget dan memastikan anak-anak tumbuh dengan penglihatan yang sehat, mendukung perkembangan mereka secara fisik, mental, dan akademis,” jelasnya.
Dia menuturkan untuk menjaga kesehatan mata bagi anak, bisa membatasi penggunaan gadget dalam kurun waktu yang lama serta terapkan tips 20-20-20, yakni setiap menatap layar selama 20 menit.
Tenaga medis dari National Eye Center turun ke jalan di Gresik peringatkan pengguna jalan soal gangguan penglihatan anak.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News