Banyuwangi Jadi Daerah dengan Angka Anak Tidak Sekolah Terendah di Jatim
Selain itu, ada program Rintisan Desa Tuntas Wajib Belajar 12 Tahun yang merupakan program untuk memfasilitasi warga setempat mengikuti pendidikan hingga setara SMA, dan pendidikan ini dilaksanakan berbasis desa/kelurahan.
Kemudian program afirmasi pendidikan seperti Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh), di mana program yang dilaksanakan sejak 2016 itu menjaring anak berhenti sekolah dan mengajaknya kembali ke kelas.
Demikian juga dengan anak yang terancam putus sekolah agar mereka tetap bisa melanjutkan pendidikannya.
Banyuwangi juga memberikan program khusus bagi pelajar kurang mampu seperti pemberian uang saku, uang transportasi, tabungan pelajar, hingga pemberian bantuan peralatan sekolah.
Ada program Siswa Asuh Sebaya (SAS) yang merupakan gerakan solidaritas antar siswa di Banyuwangi. Gerakan ini kini semakin meluas jangkauannya. Tidak hanya membantu antarsiswa di dalam sekolah, namun meluas antarsekolah.
Pemkab Banyuwangi rutin pula memberikan beasiswa pada siswa kurang mampu melalui program Banyuwangi Cerdas, serta berbagai program kolaboratif untuk mengatasi anak putus sekolah lainnya.
Menurut dia, memang masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yakni masih ada siswa yang tidak melanjutkan sekolah, terutama dari jenjang SMP ke SMA.
"Meski sesuai undang-undang pemerintah daerah bukan wilayah kami. Kami terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Jatim cabang Banyuwangi untuk memberikan intervensi kepada anak-anak yang tidak lanjut sekolah," pungkasnya. (antara/mcr12/jpnn)
Angka anak tidak sekolah di Banyuwangi menjadi salah satu yang terendah di Jatim.
Redaktur & Reporter : Arry Dwi Saputra
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News