Warga Jalan Cumpat Pertahankan Gunakan Rubu' untuk Amati Hilal Ramadan

jatim.jpnn.com, SURABAYA - Di tengah gemerlapnya teknologi, warga Jalan Cumpat tetap mempertahankan tradisi dengan menggunakan Rubu' untuk menghitung derajat hilal, alat yang lazim digunakan pada tahun 1980-an.
Peralatan tradisional dari papan kayu bernama Rubu' masih dipakai hingga kini untuk mendeteksi awal Ramadan 1446 H/2025.
Menurut Takmir Masjid Al-Mabrur Mas'dui Ahyat, pengecekan hilal menggunakan Rubu' telah menjadi tradisi tahunan untuk menentukan awal Ramadan.
Terlihat papan kayu yang digunakan untuk memantau hilal tersebut ada dua bentuk, yakni berupa seperempat lingkaran yang diposisikan vertikal dan setengah lingkaran yang diletakkan secara horizontal.
"Alat ini namanya rubu', kerjanya melihat ketinggian hilal, yang ini (Rubu' lain) untuk melihat arah dari titik barat," kata Kiai Mas'dui, Jumat (28/2).
Mas'dui mengatakan Rubu' tersebut diperkenalkannya ke masyarakat setempat sekitar tahun 1980-an. Metode tersebut digunakan hingga saat ini untuk rukyatul hilal.
"Kalau yang tegak ini untuk melihat ketinggian hilal, yang tidur ini untuk arah, jadi titik barat posisi hilalnya nanti berada di dekat benangnya, hitungannya gesernya harus enam derajat," ujarnya.
"Mulai saya baru digunakan Rubu' ini ya sekitar tahun 1980-an, itu dulu di sini (Masjid Mabrur) langitnya kan cerah dan enggak ada polusi jadi kelihatan. Hari ini tertutup mendung," tambahnya.
Alat pemantauan hilal tradisional bernama Rubu’ masih digunakan oleh warga Bulak Cumpat Surabaya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News