Beban yang Seharusnya Ditumpu Jembatan Gantung di Probolinggo, Sebegini
jatim.jpnn.com, PROBOLINGGO - Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Probolinggo Hengki Cahjo Saputra mengatakan putusnya jembatan gantung di Desa Kregenan diduga karena kelebihan beban.
Hengki menjelaskan beban yang ada ketika kejadian di luar kemampuan jembatan tersebut. Saat itu, sebanyak 36 anak berada di atas jembatan pada waktu yang bersamaan.
Apabila satu anak beratnya 50 kilogram maka sudah ada beban 1,8 ton. Jika beban tersebut berada di tengah-tengah jaraknya dengan bentang 20 meter, lalu sepuluh meter dibagi kanan kiri maka hampir 3,6 ton dalam waktu yang bersamaan.
"Kalau ditambah dengan goyangan bisa-bisa bebannya tujuh sampai sepuluh ton. Makanya jembatan tidak mampu dan ambruk karena overload," kata Hengki tertulis, Jumat (9/9).
Menurut Hengki, jembatan gantung biasanya dilewati dengan berjalan statis, ketika diam tentunya menambah beban jembatan.
"Ketika berada di atas jembatan siswa berkumpul serta menggoyang-goyangkan jembatan, lalu beban berlebihan," ujarnya.
Baca Juga:
Saat ini penanganan jembatan gantung masih dilakukan asesmen oleh Dinas PUPR. Mengenai pembenahan juga masih dirapatkan dengan BPBD Kabupaten Probolinggo.
"Harapannya dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan pembenahan untuk penggantian jembatan gantung dan mudah-mudahan dari hasil rakor itu bisa menggunakan dana BTT (belanja tidak terduga) dalam waktu dekat untuk dilakukan perbaikan," tandas Hengki. (antara/mcr12/jpnn)
Beban yang mengakibatkan jembatan gantung di Probolinggo diperkirakan melebihi kemampuan, ditambah goyangan dari siswa.
Redaktur & Reporter : Arry Dwi Saputra
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News