Gotong Royong
Mengapa harus menunggu korban tewas dahulu sebelum mengambil langkah penghentian? Itulah yang menjadi pertanyaan publik.
Belum lagi, pemerintah masih tetap ngeles bahwa kasus kematian itu belum terbukti akibat vaksinasi. Namun, bukti medis sudah memastikan bahwa kematian itu disebabkan pengentalan darah setelah vaksinasi.
Kalau soal haram dan halal saja bisa di-by pass dengan alasan darurat, mengapa Vaksin Nusantara tidak dicarikan alasan darurat supaya bisa diuji coba klinis tahap kedua dan segera dipakai untuk masyarakat?
Standar ganda itulah yang dipertanyakan. Sekarang muncul lagi nama baru, yaitu Vaksin Gotong Royong.
Mulai Senin (17/5), pemerintah sudah memulai program vaksinasi gotong royong. Namun, tidak usah tanya apa itu Vaksin Gotong Royong dan buatan mana.
Itu hanya istilah tempelan dari pemerintah yang tidak punya arti apa-apa kecuali mencari pembenaran bagi proyek impor vaksin asing. Vaksinasi gotong royong adalah proyek vaksinasi untuk karyawan swasta yang diberikan secara gratis karena biayanya ditanggung oleh perusahaan swasta.
Disebut gotong royong karena swasta nasional ikut menggotong dan meroyong. Namun, vaksin yang dipakai full buatan China, yaitu Sinopharm dan CanSino. Jadi, pemerintah dan swasta nasional bergotong royong, patungan, untuk bayar vaksin impor buatan China.
Vaksin CanSino adalah vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Tiongkok, CanSino Biologics. Vaksin Tiongkok itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan vaksinasi gotong royong dan pemerintah telah menyiapkan sebanyak lima juta dosis vaksin CanSino.
Kalau soal haram dan halal saja bisa di-by pass dengan alasan darurat, mengapa Vaksin Nusantara tidak dicarikan alasan darurat?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News