Investigasi LAMRI Surabaya, Ungkap Predator Seksual Beraksi Sejak 2014 dengan 5 Korban
Kasus pertama yang terungkap pada 2016. Saat itu Appridzani ke dekwri korban dengan dalih mengajak diskusi di kamar kontrakan.
Kondisi sepi dimanfaatkan oleh Appridzani untuk melancarkan aksinya. Akibat kejadian itu, korban trauma sampai bertahun-tahun.
"Korban sudah mendapatkan perawatan dari psikiater, kondisinya mengarah pada post-traumatic stress disorder dan korban masih melakukan rawat jalan hingga saat ini," ucapnya.
Kasus kedua terjadi di tahun 2018, di mana Appridzani berdalih mengantarkan pulang korban lainnya, tetapi malah diajak ke rusun. Di sana dia memanfaatkan kondisi korban yang mabuk melakukan penetrasi seksual tanpa consent.
"Selang lima hari korban merasakan pinggangnya sakit dan kencing berdarah. Hasil dari pemeriksaan (medis,red) menyatakan korban mengalami infeksi saluran kencing," imbuhnya.
Selanjutnya, tim investigasi LAMRI menemukan Appridzani kembali melakukan hal serupa kepada korban lain dengan dalih membantu mengerjakan tugas kuliah. Kejadian pada tahun 2014 itu, pelaku mengajak korban ke rusunnya berusaha melakukan perbuatan cabul.
Temuan terakhir di tahun 2015, Appridzani kerap mengajak korban keluar berdua dengan dalih curhat. Namun, saat berada di rusun dia memaksa mencium korban berulang kali meski ditolak.
"Kejadian tersebut meninggalkan trauma bagi korban hingga sempat mengalami depresi berat," bunyi laporan tersebut.
LAMRI Surabaya merilis hasil investigasi predator seksual yang sudah beraksi sejak 2014.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News