Rais Aam: Efek Disrupsi Pemegang Amanah Kalah Dipercaya dari Pendusta
jatim.jpnn.com, SURABAYA - Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar khawatir dampak negatif dari masa-mas penuh disrupsi yang kini melanda masyarakat. Hal itu disampaikan saat membuka 'Ngaji revolusi Mental' di Ponpes Miftachussunnah, Kedung Tarukan, Surabaya, Minggu (8/10).
Kekhawatiran itu mengenai negatifnya masa penuh ketidakmenentuan hingga sebagian masyarakat lebih percaya kepada pendusta dibanding pemegang amanat.
Masa penuh disrupsi, kata Kiai Mif, dipenuhi kesamaran antara yang benar dan yang batil. Seorang pembohong bisa lebih dipercaya, tetapi yang berkata jujur justru tidak dipercaya.
Menurutnya, zaman disrupsi menjadikan sahibul amanah, yaitu orang yang bisa dipercaya justru kalah dengan para pembohong.
"Umat Islam, terutama kaum santri harus bisa mengekang, mengendalikan diri, zaman disrupsi itu dengan mengedepankan akhlak. Akhlak menjadi pijakan kita bermasyarakat di tengah zaman yang terus berubah," ujar Kiai Mif.
Sementara itu, hadir sebagai narasumber, Ketua PBNU Prof Dr Mukti menekankan pentingnya sikap gotong-royong dan menjaga persatuan. Persatuan yang kokoh akan menjadikan bangsa tidak mudah tercerai berai.
"Islam sangat mementingkan persatuan dan saling menolong, sesuai amanah KH Hasyim Asy'ari dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama dan Risalah Ahlussunnah waljamaah. Ini modal kita menuju masa depan yang baik," tutur Prof Mukri.
Andre Notohamijoyo menyatakan pentingnya menjaga identitas bangsa, termasuk dalam hal kreativitas. Pengaruh yang jelas bisa dilihat dari gandrungnya masyarakat terhadap produk asing, seperti Drama Korea dan film animasi Upin Ipin.
Ngaji revolusi mental yang diadakan PBNU membahas terkait nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, etos kerja dan integritas kepribadian.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News