Lulusan Teknik Mesin Mampu Jawab Persoalan Pengangguran di Indonesia
jatim.jpnn.com, SURABAYA - Angka pengangguran di Indonesia sampai saat ini masih menjadi PR bagi pemerintah. Berbagai upaya juga terus dilakukan untuk menekan angka pengangguran tersebut, termasuk lewat sektor pendidikan.
Namun, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa penyumbang pengangguran di Indonesia salah satunya berasal dari kalangan akademis.
Berdasarkan data terupdate pada tahun 2023, angka pengangguran di Indonesia salah satunya didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. Jumlahnya sekitar 12 persen.
Dikatakan Menaker RI Ida Fauziyah bahwa persoalan itu disebabkan karena tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dengan pasar kerja.
Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) hadir dengan harapan baru. Diharapkan program ini mampu mengurangi kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dan pasar kerja melalui pemberian kesempatan magang kerja kepada para mahasiswa.
Berbicara mengenai kampus dan dunia kerja adalah korelasi yang jelas. Sampai saat ini masih banyak anggapan bahwa lulusan dari mahasiswa program studi teknik mesin hanya akan menjadi seorang montir di bengkel saja.
Namun, tak banyak orang tahu, padahal mereka juga memiliki prospek karir yang cemerlang. Misalnya, menjadi seorang teknisi pemeliharaan mesin, teknisi struktural, konsultan mekanik, hingga teknisi modelling/drafting, dan lain sebagainya.
Teknik mesin sendiri merupakan salah satu program studi di fakultas teknik. Artinya, peluang kerjanya sangat bervariasi, bahkan hampir seluruh industri seperti manufaktur, otomotif, pertambangan, konstruksi, dan komunikasi membutuhkan keahlian teknik mesin.
Ketua Prodi Teknik Mesin Untag Surabaya Edi Santoso menyampaikan opini tentang lulusan teknik mesin menjawab persoalan pengangguran di Indonesia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News