Gus Yahya: Jangan Memperalat Agama dan Identitas Lainnya Sebagai Senjata Politik
Sementara itu, Rektor Ubaya Dr Ir Benny Lianto mengatakan topik yang dibahas pada kuliah tamu itu sesuai dengan visi Ubaya yang ingin mencetak pemimpin nasional berkarakter dan memiliki integritas melalui dunia pendidikan.
“Melalui acara ini, Ubaya ingin mengajak mahasiswa, civitas academica, serta seluruh masyarakat untuk mewujudkan kebhinekaan dan keberagaman potensi bangsa. Ini adalah modal sosial untuk mewujudkan Indonesia maju,” ucapnya.
Diskusi bersama dua tokoh ormas terbesar di Indonesia itu diharapkan bisa menghasilkan pemikiran yang holistik apabila masyarakat dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti radikalisme, intoleransi, atau terorisme.
“NU dan Muhammadiyah adalah dua sayap Garuda yang telah teruji komitmennya terhadap 4 pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika,” jelasnya.
Benny mengatakan kegiatan dan materi-materi yang didiskusikan dalam generale 2022-2023 itu, akan didokumentasikan, salah satunya dalam bentuk buku.
"Selama satu tahun ke depan akan digelar forum serupa guna membahas tema besar Menakar Indonesia ke Depan. Di tiap bulannya, Ubaya akan mengundang tokoh nasional dan pejabat publik untuk mendiskusikan tema tersebut dari bidang dan sudut pandang pembicara," urainya.
Benny berharap melalui studium generale seri tiga, masyarakat dapat memiliki wawasan yang lebih dalam tentang harmoni kehidupan di tengah perbedaan.
“Semoga civitas academica Ubaya makin menghayati pesan kebhinekaan. Selain itu, mereka juga dapat menerapkan toleransi antarsesama dan meningkatkan kepedulian untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan bangsa di masa depan,” pungkasnya. (mcr12/jpnn)
Ketua PBNU Kiai Yahya Cholil Staquf dan Ketum PP Muhammadiyah Kiai Haedar Nashir mengajak mahasiswa Ubaya merawat keberagaman Indonesia.
Redaktur & Reporter : Arry Dwi Saputra
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News