Akademisi UMM: Sepak Bola Indonesia Bukan Profesi yang Menjanjikan
jatim.jpnn.com, MALANG - Akademisi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sekaligus Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Askot Malang, Haris Thofly menilai persepakbolaan nasional masih belum bisa dikatakan profesi yang menjanjikan untuk saat ini.
“Sepak bola di Indonesia memang masih belum 100 persen menjadi profesi yang menjanjikan dalam menyambung kehidupan. Terlebih masih dalam proses menjadi sebuah industri,” kata Haris tertulis, Rabu (25/5).
Haris berani mengatakan itu karena Indonesia di SEA Games 2022 hanya menempati urutan nomor tiga setelah mengalahkan Malaysia di perebutan perunggu. Hal tersebut dinilai sebagai perolehan yang belum maksimal dan perlu adanya evaluasi.
Menurutnya, timnas sekarang dipegang oleh pelatih yang cukup bagus, yakni Shin Tae-young (STY). Namun, timnas sudah lama tidak merasakan atmosfer juara sehingga prioritas prestasi sangat penting dalam target setiap kompetisi.
Makin baiknya kompetisi dan pengelolaan liga yang profesional maka makin cepat juga persepakbolaan nasional menuju ke arah industri.
"STY, kan, sering memainkan pemain-pemain muda. Hal itu patut diapresiasi dalam rangka memunculkan bakat-bakat potensial yang bisa berkiprah di liga Eropa dan Asia,” tambahnya
Dia juga menilai persepakbolaan nasional terbilang cukup menjanjikan. Namun, permasalahannya terletak pada jenjang junior naik ke senior. Dalam jenjang krusial tersebut banyak sekali indikator yang membuat pemain layu.
Dia menganjurkan kepada federasi untuk membuat kompetisi liga yang dirancang serius dan murni, terutama dalam membangun kompetisi dari segala usia. Tidak hanya serius dalam membangun liga kompetisi di ranah senior, tetapi juga di level junior.
Akademi UMM menyebut profesi pemain sepak bola tidak menjanjikan, begini menurutnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News