Ponpes Lamongan Buka Suara Soal Santri yang Diikat dan Dibanting Teman Sepondok
“Dia dibawa ke Faskes 1 (klinik NU Kendal) di dekatnya pondok pesantren. Ada luka di telinga dan berdarah, dari pihak klinik mengatakan korban tidak apa-apa,” ucapnya.
Setelah itu, pihak ponpes melakukan pemanggilan kepada orang tua korban untuk menceritakan kasus tersebut pada keesokan harinya, Senin (6/5).
Mengetahui hal itu, orang tua korban sambang ke klinik dan membawa anaknya untuk periksa telinga ke dokter THT di RS Muhammadiyah Lamongan.
"Korban dirujuk sama orang tuanya ke situ. Kebetulan waktu itu dokter THT RS Muhammadiyah sedang cuti. Namun, setelah dokter memeriksanya, hasilnya tetap sama," tuturnya.
Di hari yang sama, pengurus mempertemukan orang tua, korban, dan tiga santri terlapor beserta pembina kamar dengan niatan tabayyun memediasi peristiwa tersebut.
"Para teman teman meminta maaf, dan orangtua saat itu baik baik saja dapat memahami kejadian tersebut," jelasnya.
Tak berhenti sampai di situ, pihak ponpes kembali menggelar pertemuan dengan ketiga orang tua pelaku dan orang tua korban, Jumat (10/5). Namun, orang tua AKA (13) tidak menyanggupi hadir karena sedang bekerja.
"Jumat pagi kami janjian serta berniat agar atas masalah ini, orang tua korban maupun pelaku bisa mengetahui dan menjadikan pembelajaran untuk menasehati anak-anak mereka. Namun, orang tua AKA tidak bisa hadir," kata dia.
Ponpes Matholi’ul Anwar menjelaskan kronologi penganiayaan yang menimpa santrinya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News