Surabaya Gagal jadi KLA Paripurna, Wali Kota Eri Beber Alasannya
jatim.jpnn.com, SURABAYA - Kota Surabaya mendapatkan poin tertinggi sebesar 895 dalam penilaian Kota Layak Anak (KLA) yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Meski mendapatkan poin tertinggi, Surabaya belum bisa menyabet sebagai KLA Paripurna. Sebab, perhargaan tertinggi itu diberikan, jika Surabaya mendapatkan nilai 900.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan penghargaan KLA bukan menjadi tujuan utamanya. Namun, yang terpenting adalah Kota Pahlawan harus memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak-anak.
“Saya sampaikan ada atau tidak ada penghargaan, mau dikasih atau tidak, sejatinya pemerintah dan DPRD tidak memikirkan itu, tetapi bagaimana kami mengurangi kekerasan anak, tidak ada bully di sekolah. Saya sering bilang kalau Surabaya ini primadona,” kata Eri, Senin (24/7).
Eri mengungkapkan penilaian KLA yang dilakukan KemenPPPA salah satunya terkait keberadaan anak yang bukan warga Surabaya. Namun, kondisinya masuk dalam daftar kemiskinan.
Terlebih, ada pihak-pihak yang berusaha untuk memviralkan. Namun, tidak mengetahui kondisi pasti anak tersebut.
“Kemarin viral anak jualan peyek, ternyata bukan orang Surabaya dan nitip KK ke budenya. Orang tua sakit kanker dan pindah ke Surabaya ditanya kenapa karena gratis,” bebernya.
Dia mengungkapkan ada kasus-kasus yang tidak bisa dihandel oleh Pemkot Surabaya. Salah satunya terkait bantuan yang diberikan
Wali Kota Eri beberkan salah satu faktor Surabaya tak dapat predikat KLA paripurna
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News