Pakar ITS: Surabaya Belum Layak Disebut Smart City
Dirinya menilai survey yang dilakukan IMS itu menyasar masyarakat di Surabaya. Sehingga, hasil survey yang didapatkan adalah nyata atau tidak dibuat-dibuat
IMD melihat teknologi yang telah diciptakan oleh pemerintah setempat tidak bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Warga tahu ada layanan kependudukan online, tetapi mereka tak menggunakan karena tak reliable atau warga tak affordable (mampu) menggunakan karena internetnya mahal. Itu sudah memberikan penilaian buruk bagi IMD,” katanya.
Maka dari itu, untuk menjadikan Surabaya sebagai kota Smart City perlunya evaluasi. Pembenahan dapat dilakukan dengan melihat hasil survey yang ditelah dilakukan.
Putu menilai, Pemerintah Kota Surabaya harus mulai menyediakan zona-zona internet gratis untuk warganya untuk mengakses layanan administrasi Pemerintah Kota Surabaya.
"Pemerintah kota harusnya mengaku jika ternyata layanan ini belum begitu efektif karena belum dikonsumsi optimal oleh warganya," ujar Putu.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A H Tony mengungkapkan Surabaya tak masuk menjadi smart city versi IMD Smart City Index (SCI) seharusnya menjadi pukulan berat bagi pemerintah.
Pasalnya tak masuknya Surabaya menjadi salah smart city menunjukkan ada sesuatu yang salah dengan Kota Surabaya.
Pakar tata kota ITS ungkap alasan Surabaya tak masuk daftar Kota Smart City
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News