Pemkot Surabaya Beri Pendampingan Psikologis Pelajar SMP Korban Asusila
jatim.jpnn.com, SURABAYA - Pemkot Surabaya memberikan perhatian penuh terhadap korban kekerasan seksual yang saat ini menempuh pendidikan di SMP dengan pendampingan psikologis, hukum, dan jaminan sekolah.
"Korban saat ini sedang mengandung lima bulan menuju enam bulan. Kami juga memberikan pendampingan pada proses hukum dan sudah koordinasi dengan Polrestabes Surabaya," kata Kepala DP3A-P2KB Ida Widayati, Minggu (30/4).
Setelah mendapatkan informasi tentang kasus tersebut pada Rabu (26/4), pihaknya langsung mendampingi korban di RS Bhayangkara untuk proses visum. Pada Jumat (28/4), ibu korban sudah di BAP oleh Polrestabes.
Saat ini pihaknya sedang fokus pada proses pemulihan pascatrauma korban, bahkan DP3A-P2KB juga berkoordinasi dengan Polrestabes Surabaya dalam memberikan pendampingan hukum.
Pihaknya menaruh perhatian penuh kepada korban karena seusai menjalani proses visum langsung dirujuk ke RSUD Dr. Soewandhie dan harus menjalani penanganan medis berupa operasi pada bagian vital yang mengalami infeksi.
"Sudah ditangani, saat ini korban dalam masa pemulihan, biarkan tenang terlebih dahulu setelah operasi. Setelah itu baru kami masuk pada pendampingan psikologisnya," katanya.
Pihaknya juga menawarkan rumah aman sementara untuk ditinggali bagi keluarga korban, yakni rumah dinas milik Dinkes Surabaya. Hal ini dilakukan agar memudahkan pihaknya memberikan pengawasan serta intervensi yang dibutuhkan.
Namun, sang ayah menolak tawaran tersebut dan memilih untuk menyewa indekos.
"Kami menawarkan tempat tersebut dipakai sementara. Sudah kita siapkan, kita bersihkan, tempat tidur, listrik juga sudah kita isi, tetapi bapaknya tidak berkenan dan memilih kos," ucapnya.
Pemkot Surabaya memastikan pelajar SMP yang menjadi korban pemerkosaan mendapatkan pendampingan psikologis dan jaminan belajar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News