Fenomena Gangster Kata Sosiolog, Resistansi Kesenjangan Sosial Hingga Haus Eksistensi

“Mereka kelompok masyarakat pesimistis menatap masa depan. Masa depan sejahtera bukan milik mereka karena merasa terpinggirkan,” ucapnya.
Baca Juga:
Sugeng melanjutkan meskipun struktur masyarakat bersifat terbuka, tetapi rasa pesimistis bisa mobilisasi sosial. Berbagai saluran mobilitas sosial seperti pendidikan dan pekerjaan seakan-akan menutup akses mereka.
Sugeng juga menyoroti kenakalan yang dilakukan para remaja beberapa waktu lalu di kawasan Pakuwon City yang melakukan penyerangan pos sekuriti bermotif agar terlihat eksis.
Dia pun tak menyangkal kalau pengakuan remaja yang sebetulnya haus akan eksistensi. Namun, yang mereka tunjukkan adalah eksistensi menyimpang
“Mereka ingin menunjukkan meski masyarakat didominasi kekuatan kapitalis, tetapi ada dengan cara yang menyimpang, berbentuk kekerasan yang dipertontonkan sebagai bentuk resistensi terhadap kondisi masyarakat," bebernya.
Tawuran antargangster merupakan fenomena yang melibatkan in group dan out group. Maksudnya ada dua kelompok yang memiliki batas-batas tegas, seperti kita dan mereka.
“Dalam in group ada solidaritas kelompok yang kuat dan mengembangkan stereotip terhadap kelompok lain. Anggota in group menganggap kelompoknya yang paling baik dan sempurna, sedangkan kelompok lain jelek, bahkan diberikan stereotip yang bersifat negatif," jelasnya. (mcr12/jpnn)
Dosen Sosiaolog Unesa mengomentari fenomena gangster yang bermunculan belakangan ini di Surabaya.
Redaktur & Reporter : Arry Dwi Saputra
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News