Wacana Zero ODOL - MyPertamina, Sopir Truk Berteriak: Kami Tidak Pernah Memperkaya Diri
"Tetapi kembali lagi itu musibah dan itu resiko yang kami harus hadapi terkait dengan ODOL ini,” imbuh Inces.
APPN juga kecewa dengan kebijakan Zero ODOL yang seolah-olah menempatkan para sopir truk itu sebagai pelaku kriminalitas.
“Jika kebijakan ini diterapkan, yang ditangkap itu adalah kami sebagai pelaku. Lantas, yang mempunyai barang diam saja dan tetap aman-aman saja. Sebenarnya kami ini betul-betul pahlawan logistik apa orang kriminalitas di mata mereka?" tuturnya.
Menurutnya, para sopir akan tertindas karena sistem yang pemerintahan buat karena tidak pernah pro terhadap driver.
"Karenanya, kami akan melakukan gejolak besar-besaran jika peraturan itu menghambat uang dapur kami,” tukasnya.
Dalam gambaran pemerintah, kata Inces, mungkin terlihat para sopir truk itu memiliki uang banyak karena membawa truk besar.
“Kami ini tidak pernah memperkaya diri, tetapi untuk bertahan hidup. Terlalu banyak problematika yang dialami driver logistic. Karenanya, saya berharap aturan-aturan seperti Zero ODOL itu tidak memberatkan kami,” ucapnya.
Belum selesai masalah Zero ODOL, lanjut Inces, muncul lagi aturan mengenai penggunaan aplikasi Mypertamina untuk membeli BBM jenis Pertalite dan solar bersubsidi.
“Kan tidak semua driver memiliki handphone bagus yang bisa memakai aplikasi itu. Itu akan menjadi penghambat pekerjaan kami. Masak nanti cuma gara-gara nggak ada aplikasi MyPertamina kami enggak bisa menyopir lagi. Lalu kehidupan kami bagaimana?” tanyanya.
Begitu juga dengan aturan sertifikasi pengemudi. Menurut Inces, itu juga sangat membebani para sopir.
Sopir truk mengecam kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro dengan nasib mereka. Begini selengkapnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News