Perjuangan Pasutri NTT Demi Dapat Momongan Kedua, Diterpa Berbagai Ujian

Jumat, 26 November 2021 – 12:49 WIB
Perjuangan Pasutri NTT Demi Dapat Momongan Kedua, Diterpa Berbagai Ujian - JPNN.com Jatim
Didik Santoso (kiri), bersama Dokter Spesialis Kandungan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K) (kanan) menceritakan berbagai ujian yang dihadapi selama mengikuti bayi tabung. (Foto: Ardini Pramitha/JPNN.com)

Setelah dilakukan operasi dan dinyatakan berhasil. Program bayi tabung tidak bisa langsung dilakukan. Sebab, harus menunggu sekitar dua bulan.

Setelah dua bulan menunggu, proses bayi tabung dimulai dengan menyuntikkan dua embrio. Hasilnya pada 25 April 2021, Titin dinyatakan hamil kembar tidak identik.

Namun, pada trimester satu, salah satu bayi dinyatakan meninggal. Sehingga, tinggal satu bayi tetap berkembang dengan baik.

Tak sampai situ, Titin mulai mengalami mual, muntah, dan kembung pada usia kehamilan lima bulan.

“Mengetahui kondisi tersebut, ibu Titin langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk menjalani operasi ileus obstruktif,”ujar Prof Bus.

Setelah berhasil ditangani, timbul masalah baru. Di usia kehamilan 34 minggu, Titin mengalami pecah ketuban dan harus dilakukan operasi besar” jelas Prof Bus.

Pada saat dilakukan operasi sesar, Prof Bus menemukan adanya pelekatan plasenta dan rahim.

Dengan berbagai upaya, operasi sesar yang berjalan sekitar empat jam membuahkan hasil. Tepat pada 19 November 2021, lahirlah anak perempuan Didik dan Titin dengan berat 1,7 kilogram.

Cerita pasutri NTT datang jauh-jauh ke Surabaya untuk program bayi tabung di RSIA Kendang Sari.
Facebook JPNN.com Jatim Twitter JPNN.com Jatim Pinterest JPNN.com Jatim Linkedin JPNN.com Jatim Flipboard JPNN.com Jatim Line JPNN.com Jatim JPNN.com Jatim

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News