Pengamat: Khofifah Tak Banyak Dongkrak Elektabilitas Prabowo-Gibran

Sementara itu, untuk Ganjar-Mahfud ketokohan cawapres yang juga Menko Polhukam itu punya ikatan kultural NU sehingga kunu paslon nomor urut 3 akan mengoptimalkan upaya meraup suara nahdiyin di Jatim.

Iqbal menyebut tiga faktor krusial yang bisa menjelaskan bergabungnya Khofifah ke TKN tidak serta merta menebalkan elektoral Prabowo-Gibran

Pertama, posisi Khofifah bukanlah peserta Pemilu 2024, melainkan sebatas anggota dewan pengarah dan juru kampanye saja.

Terlebih, sebagai gubernur aktif maka Khofifah terikat regulasi yang bakal membatasi ruang dan waktu geraknya untuk berkampanye memenangkan Prabowo-Gibran.

Secara ketentuan, total masa kampanye Khofifah hanya 10 hari dari sisa tiga pekan sebelum masa tenang Pemilu 2024. Kendati demikian, posisi itu masih bisa diharapkan menambah ‘sedikit’ kenaikan elektoral bagi Prabowo-Gibran di Jatim.

Kedua, dengan posisinya sebagai ketua umum Muslimat NU, secara rasional dan kultural Khofifah bisa dikatakan bukan ‘dewi penyelamat’ bagi pasangan Prabowo-Gibran di sengitnya medan pertempuran (battlefield) di Jatim.

"Seandainya cawapres Prabowo itu Khofifah, mungkin bisa berdampak signifikan, tetapi kenyataannya, secara sosiologi politik masih menyisakan problem etika secara konstitusional dan menciptakan opini publik yang sangat kontroversial," ujarnya.

Ketiga, pilpres adalah memilih figur capres dan cawapres sehingga kekuatan gagasan dan kapasitas karakter, manajemen kepemimpinan, serta keluwesan emosi menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan pemilih.