PT ESB dan Kemenparekraf Kolaborasi Digitalisasi UMKM Lewat Program Ken Arok

“Kami memberikan edukasi, pendampingan bagaimana meningkatkan bisnis dari mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, menengah menjadi enterprise kemudian cara buka cabang, meningkatkan produksi, mengatur supplier, intinya biar mereka cuan,” tuturnya.

Hira menilai ada peningkatan literasi keuangan bagi pelaku bisnis, terutama UMKM di Indonesia yang ditandai dengan penggunaan QRIS.

Kemudian masuk ke penggunaan aplikasi kasir tentang kontrol terhadap penjualan, data, dan analisis aplikasi tersebut untuk membantu mengembangkan cabang dan produksi.

“Mereka mulai masuk ke digitalisasi melalui ESB order, taruh link sehingga orang-orang langsung pesan. Artinya, akses market lebih luas, sudah sangat masif, pengetahuan UMKM sudah meningkat pesat dan pemerintah juga berperan aktif menata,” ucapnya.

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Rizki Handayani menyampaikan kegiatan tersebut bertujuan supply chain dari produk ekonomi kreatif agar bisa masuk ke industri pariwisata. 

Mulai dari kuliner, fesyen, kriya, dan seni pertunjukan agar bisa terserap di market dan masuk program upskilling.

“Banyak produk tapi kita tidak punya mekanisme upskilling karena beberapa hotel bintang empat dan lima yang punya standar tertentu. Kami tahu ada barang bagus, tetapi kuantitasnya tidak bisa. Ini perlu diatur agar bisa masuk ke industri pariwisata supaya banyak terserap,” kata Rizki.

Program Kenarok ini telah menyasar sepuluh kota, di antaranya di Batam, Bandung, Bali, Balikpapan, Yogyakarta, dan Lombok. Kemenparekraf turut bekerja sama dengan beberapa perusahaan dan pemerintah daerah terkait UMKM binaan.