Fakta Baru Tragedi Longsor Nganjuk, Alarm Peringatan Tak Berfungsi
"Di beberapa tempat sebenarnya ada, tapi kemarin itu juga tidak bunyi. Ada yang hilang dan kurang perawatan," kata dia.
Ia mengatakan, alat itu fungsinya otomatis sehingga jika ada bencana alam langsung bisa terdeteksi. Namun, karena tidak berfungsi, akhirnya alat tersebut tidak dapat memberikan informasi peringatan dini kepada masyarakat.
Pihaknya juga menjadikan hal ini sebagai evaluasi, agar tidak terulang lagi dan korban bencana alam bisa dicegah. Terlebih lagi korban manusia.
"Nanti pengadaan baru lagi dan ini akan jadi evaluasi," kata dia.
Sementara itu, terkait dengan relokasi warga terdampak bencana longsor, Wabup mengatakan hal itu sudah dibahas antara Bupati, Mensos Tri Rismaharini dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendi.
Pemkab juga sudah berencana untuk merelokasi warga ke tempat yang lebih aman.
Beberapa skema telah disiapkan antara lain alternatif untuk pindah ke lokasi rumah di Kecamatan Berbek, yang sudah dibangun terlebih dahulu oleh Dinas PUPR Kabupaten Nganjuk maupun akan tukar guling dengan tanah Perhutani yang masih di Kecamatan Ngetos.
"Intinya kami lakukan relokasi, paling tidak ada dua skema. Di Berbek, dulu perumahan yang masih memungkinkan bisa pindah ke situ. Atau di daerah Ngetos tepi jalan juga ada tanah kosong milik Perhutani. Bisa tukar guling atau bagaimana," ujar dia.
Fakta baru terungkap dalam kejadian tragedi longsor di Nganjuk dimana alarm peringatan deteksi dini bencana alam tidak berfungsi dengan baik.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News