Anak Tukang Sapu Jalanan di Surabaya Gagal Jadi Jaksa, Nilai Psikotes Nol, Padahal Tes Mandiri Aman

Ghufron sangat percaya diri akan lolos dalam tes kesehatan dan psikotes. Selama ini, dua tes itu hasilnya bagus seperti saat masuk SMAN 6 Surabaya hingga ke jenjang perkuliahan.
Dia bahkan sempat lolos tes kedua kesehatan Akmil pada 2016. Saat tes kesehatan untuk SKB kejaksaan di rumah sakit tingkat III Brawijaya, Ghufron mengaku kondisinya baik tanpa catatan.
“Tinggi badan 167 sentimeter, berat badan 62 kilogram, itu sangat ideal. Nilai BMI 22.23 hampir sempurna. Waktu tes di Rumah Sakit Kodam, saya masih ingat kayak pemeriksaan nadi 110/70, tes mata aman, morfologi diperiksa enggak ada catatan, makanya saya sangat percaya diri,” ungkapnya.
Namun, rasa percaya diri yang sudah dibumbung tinggi oleh Ghufron berubah menjadi kekecewaan seusai Biro Kepegawaian Kejaksaan mengumumkan nama-nama peserta yang lolos.
Setelah menunggu lama, namanya tak kunjung disebutkan. Rupanya Ghufron tidak lulus karena tak memenuhi salah satu syarat tahapan SKB yang disyaratkan instansi maupun Panselnas.
Dia mendapatkan nilai nol untuk untuk tes psikotes dan kesehatan. Ghufron menyebut dari 2013 formasi calon jaksa, ada 1200 yang dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS). Kemudian, 196 memang tidak lolos dan yang diambil 671 orang.
“Nah, nilai saya itu 61, kalau dimasukkan ke 671 orang yang lolos saya masih peringkat 260-an. Anehnya lagi, ada sekitar 405 orang yang nilainya di bawah saya malah lolos,” ucapnya.
Ghufron tak percaya begitu saja. Dia mencoba memeriksakan diri ke Brilian Psikologi dan Laboratorium Klinik Pramita. Hasilnya, dia mendapatkan nilai psikotes 116 di atas rata-rata dan dinyatakan sehat walaupun mata kirinya terdapat minus sedikit.
Anak tukang sapu jalanan menceritakan hasil tesnya saat mendaftar sebagai jaksa, tetapi gagal, padahal saat tes mandiri hasilnya aman
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News