Kisah Dua Srikandi

Dengan basis dukungan Muslimat yang kukuh, Khofifah punya posisi tawar cukup kuat. Meski secara resmi tidak punya parpol, Khofifah punya jaringan yang kuat.

Dia dekat dengan para elite seperti Luhut Panjaitan, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, SBY, Surya Paloh, dan banyak tokoh lainnya termasuk Jokowi. Bisa dibilang Khofifah adalah geng Jokowi's boys and girls bersama Ganjar Pranowo.

Dengan posisi seperti itu,  Khofifah bisa lebih lincah bermanuver, tidak seperti Risma yang hanya bisa mengandalkan dukungan Megawati.

Perang dingin Risma dan Khofifah berlangsung lama ketika keduanya sama-sama masih di Jatim. Setelah Risma ditarik ke Jakarta, Khofifah bisa bernapas lega.

Perbandingan kedua Srikandi tidak terhindarkan ketika Risma menduduki kursi menteri sosial yang sebelumnya diduduki Khofifah.

Risma terlihat masih kagok bermanuver di ibu kota. Di Surabaya, dia terkenal jago tanam kembang, bikin taman, dan sesekali turun ke jalan menyapu trotoar atau mengatur lalu lintas.

Di Jakarta, Risma belum menemukan panggung yang pas untuk unjuk gigi. Dia masih memainkan trik lama seperti saat masih di Surabaya.

Ketika melihat deretan rumah kumuh di bantaran kali di belakang kantornya di Salemba, Risma langsung menyambangi dan berdialog dengan sejumlah warga. Risma juga berdialog dengan pemulung tiban yang mendadak dijumpainya di Jl Sudirman. Alih-alih dapat simpati Risma malah dirundung.

Khofifah bermanuver lebih lincah dengan menaiki gelombang yang sedang pasang. Ketika Anies Baswedan pekan lalu datang ke Ngawi untuk mencari suplai beras untuk persiapan Lebaran, Khofifah datang menyambut.