Mahasiswa UC & Disabilitas Malang Angkat Batik Topeng ke Panggung Fashion Kontemporer

Koleksi ketiga hasil karya Rebecca Hagia Pranoto dan Melanie Gunawan Puteri, mengusung siluet khas 1950–1960 berupa balloon skirt yang dinamis. Atasan sleeveless dengan aksen pita dan kerah dihiasi batik motif topeng menciptakan kesan feminin klasik yang tetap kekinian.
Tak hanya menciptakan busana, para mahasiswa juga melakukan re-desain motif batik yang ada, agar lebih relevan dengan selera generasi muda. Hasilnya, motif-motif ini tampil lebih hidup, segar, dan siap menyasar pasar yang lebih luas.
Pada Sabtu (26/4), karya itu dipresentasikan langsung kepada Ketua Komisi D DPRD Kota Malang Eko Hardiyanto. Dia mengapresiasi tinggi atas kolaborasi tersebut.
“Ini contoh nyata inklusivitas dan kreativitas bisa berjalan berdampingan. Komisi D mendukung penuh pelestarian budaya yang juga memberdayakan masyarakat rentan,” ujar Eko.
Ketua Yayasan Dmart Djoko Rendy menyampaikan kebanggaannya atas kerja sama ini.
“Teman-teman disabilitas kami mendapat pengalaman berharga dalam menciptakan karya besar. Ini wujud nyata kolaborasi lintas komunitas yang memberdayakan,” jelasnya.
Sebagai tindak lanjut, Yayasan Dmart kini mendapat ruang penjualan karya batik di gedung DPRD Kota Malang. Janet berharap nilai tambah dari desain ini akan meningkatkan penghasilan artisan disabilitas.
Dimas Rachmadhani, salah satu artisan batik disabilitas, mengungkapkan rasa bangganya.
Mahasiswa Universitas Ciputra olah batik karya disabilitas Malang jadi busana kontemporer. Inklusif, berbudaya, dan penuh empati. Simak ceritanya di sini!
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News