Bentuk Ekspresi Anak Berkebutuhan Khusus Lewat Lukisan ‘Bangkit Menjadi Bintang’, Lihat
Hendrik selaku pendidik lukis para ABK itu menjelaskan teknik pembelajaran yang diberikan berbeda-beda.
“Mengajar anak down syndrome harus memahami karakternya, paling bersih, tidak suka dicederai. Mereka sangat jujur,” jelasnya.
“Berbeda dengan anak autis, pegang kuas enggak bisa, mengaduk cat juga. Saya tidak menuntun, dibiarkan saja biar motoriknya bekerja,” imbuhnya.
Berbeda lagi dengan anak tuna rungu dan tuna wicara yang kepribadiannya mudah tersinggung. Apabila tak diperhatikan ketika mengajar mereka cemburu.
“Dikiranya enggak diperhatikan begitu. Namun, durasi untuk mengerjakan lukisan paling lama mereka 30-40 menit. Kalau down syndrome cuma 15-25 menit karena enggak mau lama-lama,” lanjutnya.
Sementara itu, Guru Kelas SLB Fajar Harapan Karangpilang, Surabaya Erza Maulina tak menyangka kalau murid-muridnya bisa melukis dan mengekspresikan diri mereka lewat sebuah gambar.
“Setelah bisa melukis, tingkat kepercayaan diri mereka luar biasa. Mengajak komunikasinya juga lebih mudah,” tandas Erza. (mcr12/jpnn)
Puluhan anak berkebutuhan khusus mengekspresikan diri mereka melalui karya lukisan bertajuk Bangkit Menjadi Bintang.
Redaktur & Reporter : Arry Dwi Saputra
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News