Museum Musik Indonesia, Persemayaman Ribuan Karya Musisi dan Riwayatnya
Begitu ada koleksi baru di MMI, Hengki mengabarkannya di media sosial. Banyak warganet memberikan respons positif atas unggahan tentang koleksi MMI.
Menurut Hengki, karya para musisi Indonesia memiliki sejarah dan cerita yang harus dikenang. Sebab, lagu-lagu itu bukan hanya karya seni, melainkan juga mengandung cerita di baliknya.
Hengki mencontohkan lagu-lagu Koes Bersaudara yang dicap 'ngak ngik ngok' oleh penguasa Orde Lama. Penguasa waktu itu menganggap tembang karya anak-anak Raden Koeswojo tersebut tidak membangkitkan nasionalisme.
Para personel Koes Bersaudara -Koestono (Tonny Koeswoyo), Koesjono (Yon Koeswoyo), Koesrojo (Yok Koeswoyo), dan Koesnomo (Nomo Koeswoyo)- pun sempat dipenjara. Namun, pemenjaraan itu menginspirasi Koes Bersaudara menciptakan lagu Hidup Dalam Bui.
Karya-karya Iwan Fals juga mejeng di MMI. Hengki menyebut penyanyi bernama asli Virgiawan Listanto itu menulis banyak lagu dengan lirik sarat kritik.
Akibat menulis lagu berlirik penuh protes, Iwan dilarang tampil di panggung. Pada 1989, penguasa Orde Baru membatalkan rencana Iwan menggelar 'Konser 100 Kota' yang sedianya untuk promosi album Mata Dewa.
"Banyak cerita dan kenangan yang berkaitan musik," kata Hengki.
Hingga Februari tahun ini, MMI memiliki 35.000 koleksi baik berupa vinil, piringan hitam, CD, maupun kaset. Namun, ada satu koleksi MMI yang selalu diingat Hengki, yakni piringan hitam album lagu Nanin Sudiar.
Hikayat Museum Musik Indonesia dengan koleksi karya musisi dan magnum opus lawas.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News