Berkah Kala Pandemi, Omzet Perajin Peti Mati Meningkat
jatim.jpnn.com, TULUNGAGUNG - Seiring tingginya angka kematian yang dipicu kasus COVID-19, permintaan peti mati di tingkat perajin di Tulungagung, Jawa Timur meningkat.
Salah satu pasangan perajin peti mati, Supono (70) dan Suhajar (60) mengatakan saat ini tempat usaha mereka rata-rata bisa menjual 5-6 unit peti mati berbagai ukuran.
"Kami awalnya membuat peti mati untuk memenuhi kebutuhan perkumpulan Tionghoa. Namun sekarang sudah banyak permintaan dari masyarakat umum maupun rumah sakit," kata Suhajar, Selasa (12/7).
Namun produk peti mati yang mereka buat memang tidak sebanyak pelaku usaha peti mati di tempat lain. Pasalnya, Supono hanya mengandalkan peralatan tradisional berupa gergaji, palu, meteran pengukur, serta pensil.
Satu peti mati yang dibuat dengan bahan partikel setebal 1,5 centimeter bisa diselesaikan dalam dua jam. Atau 5-6 peti mati sehari.
Satu peti mati dijual dengan harga Rp 360 ribu. Harga peti naik sekitar sebulan terakhir, lantaran harga bahan baku partikel naik sekitar Rp 30 ribu per lembarnya.
Meski demikian, peti buatannya tak melulu dihargai sebesar itu. Jika pembeli peti mati dari keluarga kurang mampu, Suhajar bahkan hanya menarik biaya seikhlasnya saja.
"Kalau RT-nya ngomong keluarga enggak mampu, saya berikan saja," tutur Suhajar.
Seiring tingginya angka kematian yang dipicu kasus COVID-19, permintaan peti mati di tingkat perajin di Tulungagung, Jawa Timur meningkat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News